Sabtu, 22 Agustus 2009

HIKAYAT BUNGA KEMUNING

Dahulu kala, ada seorang raja yang memiliki sepuluh orang putri yang cantik-cantik. Sang raja dikenal sebagai raja yang bijaksana. Tetapi ia terlalu sibuk dengan kepemimpinannya, karena itu ia tidak mampu untuk mendidik anak-anakny. Istri sang raja sudah meninggal dunia ketika melahirkan anaknya bungsu, sehingga anak sang raja diasuh oleh inang pengasuh. Putri-putri raja menjadi manja dan nakal. Mereka hanya suka bermain di danau. Mereka tidak mau belajar dan juga tidak mau membantu ayah mereka. Pertengkaran sering tejadi di antara mereka.

Kesepuluh putrinya itu dinamai dengan nama-nama warna. Putri sulung bernama Putri Jambon. Adik-adiknya dinamai Putri Jingga, Putri Nila, Putri Hijau, Putri Kelabu, Putri Oranye, Putri Merah Merona dan Putri Kuning. Baju yang mereka gunakan pun berwarna sama dengan nama mereka. Dengan begitu, sang raja yang sudah tua dapat mengenali mereka dari jauh. Meskipun kecantikan mereka hampir sama, tetapi si Bungsu Putri Kuning sedikit berbeda, ia tidak terlihat manja dan nakal. Sebaliknya, ia selalu riang dan tersenyum ramah kepada siapa pun. Ia lebih suka bepergian dengan inang pengasuh daripada dengan kakak-kakaknya.

Pada suatu hari, raja hendak pergi jauh. Ia mengumpulkan semua putri-putrinya. “Aku hendak pergi jauh dan lama. Oleh-oleh apakah yang kalian inginkan?” Tanya raja, “Aku ingin perhiasan yang mahal,” kata Putri Jambon. “Aku mau kain sutra yang berkilau-kilau,” kata Putri Jingga. Sembilan anak raja meminta hadiah yang mahal-mahal pada ayahanda mereka. Tetapi lain halnya dengan Putri Kuning. Ia berpikir sejenak, lalu memegang lengan ayahnya. “Ayah, aku hanya ingin ayah kembali dengan selamat,” katanya. Kakak-kakaknya tertawa dan mencemoohkannya. “Anakku, sungguh baik perkataanmu. Tentu saja aku akan kembali dengan selamat dan kubawakan hadiah indah buatmu,” kata raja. Tak lama kemudian raja pun pergi.

Selama sang raja pergi, para putri semaki nakal dan malas. Mereka sering membentak inang pengasuh dan menyuruh pelayan agar menuruti mereka. Karena sibuk menuruti permintaan para putri yang rewel itu, pelayan tidak sempat membersihkn taman istana. Putri Kuning sangat sedih melihatnya karena taman adalah tempat kesayangan ayahnya. Tanpa ragu, Putri Kuning mengambil sapu dan mulai membersihkan taman itu. Daun-daun kering digugurkannya, rumput liar dicabutnya, dan dahan-dahan pohon dipangkasnya hingga rapi. Semula inang pengasuh melarangnya, namun Putri Kuning tetap bersikeras mengerjakannya.

Kakak-kakak Putri Kuning yang melihat adiknya menyapu, tertawa keras-keras. “Lihat tampaknya kita punya pelayan baru,” kata seorang diantaranya. :Hai pelayan! Masih ada kotoran nih!” ujar seorang yang lain sambil melemparkan sampah itu. Kejadian tersebut terjadi berulang-ulang sampai Putri Kuning kelelahan. Dalam hati ia bisa merasakan penderitaan para pelayan yang dipaksa mematuhi berbagai perintah kakak-kakaknya.

“Kalian ini sungguh keterlaluan. Mestinya ayah tak perlu membawakan apa-apa untuk kalian. Bisanya hanya mengganggu saja”! Kata Putri Kuning dengan marah.

“Sudah ah, aku bosan. Kita mandi di danau saja!” ajak Putri Nila. Mereka meninggalkan Putri Kuning seorang diri. Begitulah yang terjadi setiap hari, sampai ayah mereka pulang. Ketika sang raja tiba di istana, kesembilan putrinya masih bermain di danau sementara Putri Kuning sedang merangkai bunga di teras istana. Mengetahui hal itu, raja menjadi sangat sedih. “Anakku yang rajin dan baik budi! Ayahmu tak mampu memberi apa-apa selain kalung batu hijau ini, bukannya warna kuning kesayanganmu~” kata sang raja.

Raja memang sudah mencari-cari kalung batu kuning diberbagai negeri, namun benda itu tidak pernah ditemukannya. “Sudahlah Ayah, tidak apa-apa. Batu hijau pun catik! Lihat, serasi benar dengan bajuku yang berwarna kuning,” kata Putri Kuning dengan lemah lembut. “Yang penting ayah sudah kembali. Akan kubuatkan teh hangat untuk ayah,” ucapnya lagi. Ketika Putri Kuning sedang membuat teh, kakak-kakaknya berdatangan. Mereka rebut mencari hadiah dan saling memamerkannya. Tak ada yang ingat pada Putri Kuning, apalagi menanyakan hadiahnya. Keesokan harinya, Putri Kuning memakai kalung barunya. “Wahai adikku, bagus benar kalungmu! Seharusnya kalung itu menjadi milikku, Karen aku adalah Putri Hijau! Katanya dengan perasaan iri.

“Ayah memberikannya padaku, bukan kepadamu,” sahut Putri Kuning. Mendengarnya, Putri Hijau menjadi marah. Ia segera mencari saudara-saudaranya dan menghasut mereka. “Kalung itu milikku, namun ia mengambillnya dari saku ayah.Kita harus mengajarnya berbuat baik!” kata Putri Hijau. Mereka lalu sepakat untuk merampas kalung itu. Tak lama kemudian, Putri Kuning muncul. Kakak-kakaknya menangkapnya dan memukuk kepalanya. Tak disangka, pukulan tersebut menyebabkan Putri Kuning meninggal. “Astaga! Kita harus menguburkannya!: seru Putri Jingga. Mereka beramai-ramai mengusung Putri Kuning, lalu menguburnya di taman istana. Putri Hijau ikut mengubur kalung batu hijau, Karena ia tak menginginkannya lagi.

Sewaktu raja mencari Putri Kuning, tak ada yang tahu kemana Putri itu pergi. Kakak-kakaknya pun diam seribu bahasa. Raja sangat marah. “Hai para pengawal! Cari dan temukanlah Putri Kuning!” teriaknya. Tentu saja tidak ada yang bisa menemukannya. Berhari-hari, berminggu-minggu, berbuklan-bulan, tidak ada yang berhasil mencarinya. Raja sangat sedih. “Aku ini ayah yang buruk,” katanya. “Biarlah anak-anakku ku kirim ke tempat jauh untuk belajat dan mengasah budi pekerti!” Maka ia pun mengirimkan putri-putrinya untuk bersekolah dinegeri yang jauh. Raja sendiri sering termenung-menung di taman istana, sedih memikirkan Putri Kuning yang hilang tak berbekas.

Suatu hari, tumbuhlah sebuah tanaman di atas kubur Putri kuning. Sang raja heran melihatnya. “Tanaman apakah ini? Batangnya bagaikan jubah putri, daunnya bulat berkilau bagai kalung batu hijau, bunganya putih mengingatkanku pada Putri Kuning. Baiklah, ku beri nama ia Kemuning!” kata raja dengan senang.Sejak itulah bunga kemuning mendapatkan namanya. Bahkan bunga-bunga kemuning bisa digunakan untuk mengharumkan rambut. Batangnya dipakai untuk membuat kotak-kotak yang indah, sedangkan kulit kayunya dibuat orang menjadi bedak. Setelah matipun putri Kuning masih memberikan kebaikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar